SELAMAT TAHUN BARU 2018
Kita adalah
MAKHLUK SPIRITUAL yang mengalami pengalaman-pengalaman manusiawi.
"Kita bukanlah manusia yang mengalami pengalaman-pengalaman spiritual,
kita adalah makhluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalaman
manusiawi."
Manusia bukanlah ‘makhluk bumi’ melainkan ‘makhluk langit’. Kita adalah makhluk spiritual yang kebetulan sedang menempati rumah
kita di bumi. Tubuh kita sebenarnya hanyalah rumah sementara bagi jiwa
kita. Tubuh diperlukan kerana salah satu syarat untuk hidup di
dunia.
Fahamilah, tubuh ini mengalami evolusi perkembangannya dan akan
rosak. Akhirnya tidak dapat digunakan lagi.Pada saat itulah
jiwa kita akan meninggalkan ‘rumah’ tubuh ini untuk mencari ‘rumah’ yang
lebih layak (Kembali kepada Allah). Keadaan ini kita sebut meninggal dunia. Jangan lupa, ini
bukan memaknakan mati kerana jiwa kita tak pernah mati. Yang mati adalah
rumah kita atau tubuh kita sendiri.
Dan (ingatlah wahai
Muhammad) ketika Tuhanmu mengeluarkan zuriat anak-anak Adam
(turun-temurun) dari (tulang) belakang mereka, dan Ia jadikan mereka
saksi terhadap diri mereka sendiri, (sambil Ia bertanya dengan
firmanNya): "Bukankah Aku tuhan kamu?" Mereka semua menjawab: "Benar
(Engkaulah Tuhan kami), kami menjadi saksi". Yang demikian supaya kamu
tidak berkata pada hari kiamat kelak: "Sesungguhnya kami adalah lalai
(tidak diberi peringatan) tentang (hakikat tauhid) ini".
(Al-A'raaf 7:172)
Surah tersebut menjelaskan tentang sebuah PERJANJIAN TAUHID. Jiwalah
(anfus) yang mengambil kesaksian ketika itu. Jiwa pulalah yang
mengatakan
"Benar (Engkaulah Tuhan kami), kami menjadi saksi" dengan
anggukan fitrah. Inilah wahyu pertama yang diterima manusia dalam
kandungan.
Saat itu ada hubungan antara ruh manusia dengan Allah
SWT. Hubungan itu disebut hubungan eksistensi, antara ruh manusia dengan
Allah SWT. Allah SWT bersyahadah, menyaksikan eksistensi manusia dan
manusia juga bersyahadah, menyaksikan eksistensi Allah SWT.
Kata “RABBI” bermakna Engkau yang menciptakan, menguasai, mengatur kami. Engkau yang mendidik dan yang memelihara kami.
“Balaa Syahidnaa”, Benar, kami menjadi saksi. “Kami” menunjukan
keseluruhan diri kita zahir-batin. Pengakuan kita kepada Allah SWT
sewaktu di dalam kandungan, menjadi sebab utama atau kunci, password,
tiket kita supaya boleh lahir ke dunia ini dengan selamat.
Jadi
setiap manusia lahir ke dunia ini pasti membawa kesaksiannya dan
menyatakan kesediaannya untuk taat tunduk beribadah kepada Allah SWT.
Semua manusia lahir, membawa syahadah keimanan atau sudah menjadi
seorang mukmin.
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibu kamu
dengan keadaan tidak mengetahui sesuatupun; dan Dia mengurniakan kepada
kamu pendengaran dan penglihatan serta hati akal fikiran); supaya kamu
bersyukur.
(Al-Nahl 16:78)
Bersyukur bererti memfungsikan
telinga, mata dan pikiran sesuai dengan fitrahnya, sesuai kehendak
Allah. Tujuannya untuk membuktikan apa yang pernah terjadi di dalam
kandungan itu.
Allah berfirman :
Yang menciptakan tiap-tiap sesuatu dengan sebaik-baiknya, dan dimulakanNya kejadian manusia berasal dari tanah;
Kemudian Ia menjadikan keturunan manusia itu dari sejenis pati, iaitu dari air (benih) yang sedikit dipandang orang;
Kemudian Ia menyempurnakan kejadiannya, serta meniupkan padanya: roh
ciptaanNya. Dan Ia mengurniakan kepada kamu pendengaran dan penglihatan
serta hati (akal fikiran), (supaya kamu bersyukur, tetapi) amatlah
sedikit kamu bersyukur.
(As-Sajdah 32:7-9)
Bersyukur...Bersyukur...Bersyukur
Mengapa harus ada stres atau jiwa kacau dalam hidup ini? Jika masih
stres atau jiwa kacau, itu menandakan manusia itu telah downgred
daripada makhluk langit kepada makhluk bumi.
Selamat Tahun Baru 2018